Sepucuk Surat Cinta Sabtu Pagi, Dalam Hening dan Ratusan Langkah Kaki…

Kau selalu tahu, dan aku juga menyadari, bahwa aku tak pernah jadi satu yang teristimewa dalam segala kondisi. Aku tak pernah lancar mencintaiMu dengan hati yang konstan tanpa fluktuasi. Aku yang kerap berputar dan berlarian kesana kemari. Yang merepotkan dan perlu diajar lagi dan lagi. Yang kerap mengulang-ulang salah yang sama dan mengelak dengan alasan ‘kodrati’.

Ini kali kesekian juta. Dalam suka dan derita. Dalam semua kesidiaman dan gelora. Dalam semua yang terendus logika dan yang cuma bisa dieja rasa. Dalam segala yang disimpan di dada, dan yang curah lewat pandangan mata. Yang alpha dan yang omega. Yang pangkal dan yang muara.

 

 

 

 

Lagi-lagi, semua ‘mengapa’ bersenyawa.

Kutemukan Engkau di setiap ‘karena’.

 

…dan akhirnya, hanya kepadaMu lah semua langkah mengarah…

Leave a comment